Aplikasi perubahan suku bunga
karena perkiraan inflasi: dampak fisher (fisher effect)
Menunjukkan pengaruh suku bunga
keseimbangan terhadap peningkatan perkiraan inflasi (ketika perkiraan inflasi
meningkat, maka suku bunga akan meningkat), dinamakan dengan dampak fisher.
Jika perkiraan awal inflasi
adalah 5%, kurva penawaran dan permintaan awal adalah Bs1
dan Bd1 bertemu di titik 1, dimana harga obligasi
keseimbangan adalah Pi.
Ketika perkiraan inflasi
meningkat menjadi 10%, kurva penawaran bergerser ke kanan Bs1
ke Bs2 dan kurva
permintaan bergeser ke kiri dari ds1 dan Bd2.
Keseimbangan bergerak dari titik 1 ke titik 2, dan harga obligasi keseimbangan
turun dari P1 ke P2 dan suku bunga keseimbangan meningkat (karena harga
obligasi berhubungan negatif dengan suku
bunga).
Aplikasi perubahan suku bunga karena ekspansi siklus usaha
Menunjukkan analisis dampak
ekspansi siklus usaha terhadap suku bunga (ketika kurva penawaran bergeser ke
kanan lebih besar dari pergeseran kurva permintaan harga obligasi keseimbangan turun dan suku bunga
keseimbangan meningkat).
Dalam siklus usha yang
ekspansif, jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian akan
meningkat, demikian pula untuk pendapatan nasional.
Ketika pendapatan dan kekayaan
meningkat dalam siklus usaha yang ekspansif, kurva penawaran untuk obligasi
bergeser ke kanan dari Bs1 dan Bs2,
begitu juga dengan kurva permintaan, ketika kekayaan seharusnya meningkat,
kurva permintaan akan naik juga yaitu bergeser ke kanan dari Bd1
dan Bd2. Dengan pergerakan kurva permintaan dan penawaran
ke kanan, keseimbangan mencapai pertemuan antara Bd2 dan
Bs2 yang juga harus bergerak ke kanan. Akan tetapi,
tergantung apakah pergeseran kurva penawaran lebih besar daripada permintaan,
atau sebaliknya, keseimbangan baru dapat naik atau turun.
Ketika pergeseran kurva
penawaran lebih besar daripada pergeseran kurva
permintaan, menyebabkan harga obligasi keseimbangan turun dari P1 ke P2,
yang mendorong kenaikan suku bunga.
Aplikasi
penjelasan rendahnya suku bunga jepang
Jepang mengalami resesi yang
sangat panjang, yang disertai deflasi, yaitu laju inflasi yang negatif. Inflasi
negatif menyebabkan permintaan untuk obligasi meningkat karena perkiraan imbal
hasil pada asset rill turun, menyebabkan perkiraan imbal hasil obligasi naik
secara relative dan selanjutnya menyebabkan kurva permintaan bergeser ke kanan. Inflasi yang negatif juga
menaikkan suku bunga rill dan demikian pula biaya peminjaman rill untuk suku bungan nominal tertentu,
selanjutnya menyebabkan penawaran
obligasi menurun dan kurva penawaran bergeser ke kiri.
Kontraksi siklus usaha dan
berkurangnya peluang investasi yang menguntungkan di Jepang juga akan mendorong
penurunan suku bunga, dengan menurunkan penawaran obligasi dan menggeser kurva
penawaran ke kiri. Walalupun kurva permintaan juga akan bergeser ke kiri karena
kekayaan menurun seiring dengan kontraksi siklus usaha, pergeseran kurva
permintaan lebih kecil daripada pergeseran kurva penawaran. Sehingga harga
obligasi naik dan suku bunga turun.
Kelemahan dari perekonomian
Jepang dan tingkat inflasi negatif membawa suku bungan Jepang ke tingkat yang
lebih rendah. Para investor lebih nyaman memiliki obligasi dalam jangka waktu 6
bulan sebagai penyimpan nilai daripada memiliki uang tunai, karena biil
tersebut didenominasi dalam jumlah yang lebih besar dan dapat disimpan. Untuk
itu, beberapa investor ingin memegangnya, terlepas dari tingkat yang negatif, meskipun dalam terminology
moneter para investor akan lebih baik untuk memegang uang dan sehingga suku
bunga dapat turun sedikit di bawah nol.